Dalam satu investasi, seorang pasti juga akan lihat berapakah besar resiko yang juga akan dia tanggung, terkecuali keuntungan yang didapat dari instrumen investasi itu.
Resiko dari reksa dana, umumnya diliat dari beta serta standard deviasi. Beta adalah satu resiko systematis (resiko pasar) yang mencerminkan fluktuasi gerakan dari reksa dana itu. Resiko pasar tersebut adalah satu resiko yg tidak dapat dijauhi atau di hilangkan karna datang dari gerakan pasar.
Baca juga : rumus simpangan baku
Umpamanya reksa dana Gagasan Cerdas mempunyai nilai beta 1, 03. Jadi saat Indeks Harga Saham Paduan (IHSG) bergerak naik 1 %, jadi reksa dana itu diprediksikan juga akan bergerak naik sebesar 1, 03 % serta demikian sebaliknya. Nilai beta lebih dari 1 mengisyaratkan makin besarnya dampak fluktuasi IHSG pada nilai reksa dana makin besar.
Sesaat rumus standard deviasi mencerminkan keseluruhan resiko dari satu portofolio investasi. Keseluruhan resiko yang disebut meliputi resiko systematis (resiko pasar) ataupun resiko yang datang dari portofolio tersebut. Makin besar standard deviasi, jadi makin besar juga resiko dari reksa dana itu.
Seperti yang di ketahui, tingginya resiko reksa dana juga tergantung dari type reksa dana. Reksa dana saham mempunyai resiko tertinggi karna alokasi sebagian besar asetnya dialokasikan pada instrumen saham yang gerakannya matriks begitu fluktuatif.
Reksa dana kombinasi mempunyai tingkatan resiko dibawah reksa dana saham karna mempunyai instrumen obligasi dalam portofolionya yang dapat menyeimbangi tingginya fluktuasi saham dalam portofolio reksa dana itu.
Resiko lebih rendah di banding reksa dana kombinasi dipunyai oleh reksa dana pendapatan tetaplah. Hal itu karena reksa dana ini sebagian besar asetnya dialokasikan pada instrumen obligasi yang gerakannya juga tidak sefluktuatif saham.
Sesaat reksa dana dengan resiko terendah yaitu reksa dana pasar uang karna sebagian besar asetnya dialokasikan pada deposito serta instrumen pasar uang yang lain yang bergerak relatif stabil.
Komentar
Posting Komentar